Wednesday, July 2, 2014

Politik Luar Negeri Abdurrahman Wahid 1999-2001

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
A.    Identitas Mahasiswa
Nama                       : SYAHRUL
NIM                         : 0 9 6 5 1 4 0 7 0
Jurusan                   : Pendidikan Sejarah
Fakultas                  : Ilmu Sosial                                    
Alamat                     : Jl. Sultan Abdullah III
B.     Judul Skripsi
“Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)”
C.    Latar Belakang
Negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur hubungannya dengan dunia internasional. Kebijakan tersebut merupakan pencerminan dari kepentingan nasional, begitu juga dengan Indonesia sebagai negara berdaulat juga menjalankan politik luar negeri yang senantiasa berkembang disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri dan perubahan situasi internasional serta latar belakang pemikiran seorang kepala negara. Indonesia mengacu pada UUD 1945 dalam menjalankan politik luar negerinya. sebagai mana yang tertuang dalam pembukaan alinea ke-4 :




“Kemudian daripada itu membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”[1]

Kutipan sebelumnya menjelaskan selain upaya untuk mencapai kepentingan nasional Negara Republik Indonesia juga berkewajiban ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Melalui politik luar negeri yang dijalankan maka semua itu dapat terlaksana sebagaimana yang tersirat dalam kutipan tersebut
Seiring beberapa kali berganti kepemimpinan mulai presiden Soekarno sampai pada Gus Dur terjadi pemaknaan yang bervariasi terhadap landasan dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif[2], perubahan itu disebabkan penyesuaian kebutuhan dalam negeri dan perubahan situasi internasional serta latar belakang pemikiran seorang kepala negara.
Perlu dipahami, bahwa Indonesia pada masa awal kemerdekaan dengan keadaan dunia internasional di tengah peta geopolitik pertarungan dua kekuatan besar antara Blok Barat yang dikomandoi oleh AS dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Menjadi tantangan tersendiri bagi Soekarno sebagai proklamator dan juga presiden pertama Republik Indonesia untuk mendapatkan pengakuan Internasional atas kedaulatan dan kemerdekaan Negara Indonesia, maka pada masa awal kemerdekaan dibawah kepemimpinan Soekarno politik luar negeri Indonesia lebih diprioritaskan pada upaya mendapatkan pengakuan dunia internasional terhadap kedaulatan Negara Republik Indonesia dan serta menuntaskan sisa-sisa kolonialisai, Soekarno jauh lebih aktif bukan cuma menentukan arah, tetapi juga nuansa-nuansanya, Peranan kepala negara vital karena posisi politis dan geografis Indonesia yang amat strategis. Saat Perang Dingin berkecamuk, Indonesia menjadi rebutan Blok Barat dan Timur. Barat menjalankan kebijakan subversif agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis, China dan Uni Soviet ingin menjadikan kita sebagai satelit. Dominasi Soekarno tampak dari peranannya menggalang Konferensi Asia-Afrika, Soekarno bahkan memerintahkan Perwakilan tetap RI di New York memutuskan Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.  
Pergantian kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto turut pula memberikan dinamika baru pada struktur dan sistem politik maupun proses pengambilan keputusan pada masa itu. Perbedaan keyakinan, interpretasi dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berpengaruh pada arah dan tujuan politik suatu negara, baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Soeharto tidak dapat dipungkiri telah menjadi tokoh dan aktor politik yang sepak terjangnya dalam pemerintahan telah mewarnai panggung sejarah bagi tumbuh dan kembangnya Negara Republik Indonesia serta jasanya begitu besar untuk bangsa ini namun dosanya juga begitu besar.[3]


Bebeda dengan Soeharto yang lebih pasif menjalankan politik luar negeri Indonesia dan menyerahkan otoritas kepada para menlu. Pada masa pemerintahan Soeharto landasan politik luar negeri Indonesia semakin dipertegas dengan beberapa aturan formal, sebagaimana yang tertuang dalam ketetapan MPR :
Ketetapan MPR 1973, yang berisi:
1.      Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdikannya kepada kepentingan nasional, khususnya pembangunan ekonomi;
2.      Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, sehingga memungkinkan negara-negara di wilayah ini mampu mengurus masa depannya sendiri melalui pembangunan ketahanan nasional masing-masing, serta memperkuat wadah dan kerjasama antara negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara;
3.      Mengembangkan kerjasama untuk maksud-maksud damai dengan semua negara dan badan-badan internasional dan lebih meningkatkan peranannya dalam membantu bangsa-bangsa yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya tanpa mengorbankan kepentingan dan kedaulatan nasional.[4]

Jelas dari kutipan diatas mengalami Perbedaan dan perubahan arah politik luar negeri Indonesia. Dari orde Lama ke Orde Baru dapat dilihat dari orientasi kebijakan luar negeri Indonesia yang tidak lagi berdikari, namun berorientasi ke luar yakni berusaha membangun hubungan persahabatan dengan pihak asing terutama negara-negara Barat. Disisi lain tatanan dunia internasional pasca perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin 1989 dan Uni Soviet 1991 mengalami perubahan. Memberi peluang bagi Indonesia untuk menata politik luar negerinya yang mandiri.
Indonesia di tangan Kyai Abdurrahman Wahid atau akrab dipanggil ‘Gus Dur’[5] adalah Perjalanan meninggalkan pemerintahan otoriter menuju pemerintahan demokratik, berakhirnya kekuasaan orde baru 21 Mei 1998 sebenarnya baru mengantar Indonesia memasuki fase transisi menuju konsolidasi sebelum sampai pada pematangan demokrasi. Naiknya Gus Dur sebagai presiden republik Indonesia ke-IV pada tanggal 20 Oktober 1999 sebagai persiden yang terpilih pertama kali paling demokrasi di Indonesia.[6]
Disudut lain harus diakui, sebagai pemimpin pemerintahan demokrasi RI pertama dalam sejarah, memang tak ada figur yang paling pantas memperkenalkan rezim Indonesia-Baru selain dia. Paralel dengan kondisi ini Gus Dur tengah mengumpulkan masukan bagi politik luar negeri melalui penyerapan aspirasi dan ekspektasi internasional.[7]

Dalam keterangan tersebut Gus Dur yang dianggap sebagai figur yang mampu memperkenalkan Indonesia dengan wajah yang baru (demokrasi).
Hanya saja terpilinya Gus Dur sebagai presiden Sedang di tengah keadaan negara yang terombang-ambing dengan warisan segudang permasalahan yang telah komplit dan cukup sulit untuk diselesaikan dalam waktu yang singkat menjadi ancaman  cukup serius terhadap legitimasi seorang presiden yang melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan.
Perlu dipahami bahwa sosok seorang Gus Dur memiliki gagasan besar, tidak jarang gagasan-gagasan tersebut menimbulkan salah penafsiran yang berujung pada terjadinya perdebatan, ketika gagasan tersebut disosialisasikan ditengah-tengah masyarakat. Terbukti beberapa tindakan dan langkah Gus Dur yang selama ini menjadi bahan perbincangan dimasyarakat apalagi semasa menjabat sebagai presiden. Gus Dur menjalankan politik luar negeri Indonesia mengambil jalan berbeda dengan para pendahulunya dengan perumusan pilitik luar negeri yang berpola “arus-balik” yaitu terlebih dahulu menjaring opini dunia atas konsep kebijakan melalui diplomasi baru kemudian melakukan perumusan politik luar negerinya.
Pada awal pemerintahanya Gus Dur memilih memulihkan citra Indonesia di mata Internasional dan meredam gerakan-gerakan separatis yang menjadi ancaman disintegrasi bangsa adalah hal yang harus diperioritaskan dalam politik luar negerinya. Salah satunya dengan melakukan perjalanan keliling ke-80 negara dalam kurun 20 bulan pemerintahannya.[8] Selain itu  pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ada beberapa hal menarik untuk dijadikan fokus penelitian ini. Pertama, hal yang melatar belakangi kebijakan politik luar negeri Gus Dur. Kedua, membandingkan politik luar negeri antara Soekarno, Soeharto, serta Gus Dur. Ketiga  gagalnya gagasan untuk bekerjasama memajukan Negara-Negara Asia, gagasan membentuk Poros Jakarta, Beijing, dan New Delhi. Serta rencana pembukaan hubungan dangan dengan Israel yang sangat menuai kontroversi.
Ada beberapa alasan mengapa penulis mengangkat masalah dengan Judul “ Politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintaha Abdurrahman Wahid”  yang pertama bahwa penulis kagum dengan sosok seorang Gus Dur akan tetapi dalam penelitian ini penulis berusaha menilai secara objektif. Kedua, Gus Dur adalah tokoh besar dengan gagasan yang besar, dengan sendirinya dia merupakan sosok yang layak dikaji karena pikiran dan tindakanya menjadi bahan perbincangan dan wacana yang selalu menarik. Ketiga, Gus Dur sebagi seorang yang pernah berada dipusat perhatian, maka secara tidak langsung, perbuatan dan pernyataannya akan menjadi bagian dan sejarah bagi bangsa. Keempat, kajian penulis fokus pada politik luar negeri Indonesia pada masa Gus Dur namun tidak bisa dipisahkan apa yang beliau lakukan semasa menjabat sebagai presiden, sebab penulis meyakini begitu banyak buku-buku artikel yang membahas tentang beliau dan sebagainya namun sangat minim membahas politik luar negeri yang dijalankan Gus Dur  pada saat menjabat sebagai presiden Indonesia.

D.    Rumusan Masalah
Menjadi faktor yang penting dalam perumusan masalah  sehingga penulisan menjadi lebih terarah dan terinci pada subjek penelitian, adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Abdurrahman Wahid (1999-2001)”. Permasalahan ini kemudian dirinci dalam beberapa sub permasalahan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumya, maka adapun permasalahan yang akan dikaji dalam Penelitian ini, sebagai berikut:


1.    Apa yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri pada masa kepemimpinan Gus Dur?
2.    Apa yang membedakan kebijakan politik luar negeri Soekarno, Soeharto, dan Gus Dur?
3.    Apa yang menyebabkan gagalnya beberapa politik luar negeri yang dijalankan Gus Dur?  

E.     Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan pada penelitian ini, secara rinci dipaparkan sebagai berikut. Pertama, batasan teritorial secara jelas membahas politik luar negeri Indonesia. Usaha pemerintah memajukan Negara yang dipimpinnya melalui politik luar negeri yang di jalankan. Kedua, Batasan temporal dari tahun 1999-2001 di mana pada masa itu Indonesia di bawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Setelah lengsernya BJ Habibi, mengantar Indinesia memasuki fase transisi menuju konsolidasi sebelum sampai pada pematangan demokrasi dan dimulailah babakan baru Indonesia menuju pemerintahan yang lebih demokratik.   

F.     Tujuan Penelitian
Untuk menghindari timbulnya sindrom ingatan jangka pendek[9] penulis mencoba menyusun tema ini yang memuat beberapa gagasan politik luar negeri yang beliau untuk memajukan negeri ini. Penelitian ini juga merupakan upaya pemaknaan atas penggalan-penggalan sejarah yang pernah dilakukan oleh Gus Dur. Seseorang dengan mudah bisa menjadi tokoh yang dikagumi hanya karena mereka bisa tampil memukau dalam sepenggal episode sejarah kehidupan. Namun, sebaliknya seorang tokoh yang sudah berproses sekian lama untuk memperjuangkan gagasan secara konsisten, dengan berbagai konsekuensi dan resiko, tiba-tiba saja harus dilupakan tenggelam dibalik hiruk pikuk tanpa makna.
Berdasarkan pada permasalahan yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka ada beberapa hal yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1.      Memahami hal yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri pada masa kepemimpinan Gus Dur.
2.      Memahami hal yang membedakan kebijakan politik luar negeri Soekarno, Soeharto, dan Gus Dur.
3.      Memahami hal yang menyebabkan gagalnya beberapa politik luar negeri yang dijalankan Gus Dur.  

G.    Manfaat Penelitian
Penelitian di harapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui dan memperdalam pemahaman kita terhadap kebijakan Politik luar Negeri Indonesia pada masa Gus Dur.
2.      Dapat memberikan suatu bahan pengayaan sejarah bangsa Indonesia khususnya mengenai Politik luar Negeri Indonesia pada masa Gus Dur.
3.      Dapat menjadi bahan referensi bagi peminat sejarah dalam memperdalam pemahaman tentang Politik luar Negeri Indonesia pada masa Gus Dur.
4.      Sebagai wahana pengungkapan makna dan nilai-nilai historis guna memupuk semangat persatuan dan kesatuan pasca transisi reformasi.
5.      Dapat menambah wacana dan pengetahuan serta kemampuan penulis dalam rangka penelitian lebih lanjut.

H.    Metodologi Penelitian
Metode penelitian di jadikan sebagai acuan penelitian agar dalam penulisan nantinya dapat tersusun secara sistematis serta informasi-informasi yang termuat pada penulisan penelitian ini benar adanya. Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif analistis.
Penelitian sedkriptif dimaksudkan untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat, mengilustrasikan secara akurat dari beberapa kejadian yang terjadi untuk meminimalisir bias, dan analistis merupakan metode menguji hipotesa serta sumber-sumber yang ada kemudian melakukan interpretasi terhadap hasil pengujian suber tersebut.[10]
 Metode penilitian yang digunakan bersifat sistematis tidak dapat ditukar-balik antara satu dan yang lain, metode penelitian meliputi: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan, historiografi.
1.  Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun karya ilmiah dan tahap awal dalam  usaha penulisan makalalah ini. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka, dengan mengumpulkan data dan informasi tentang politik luar negeri Indonesia terutama pada masa presiden Abdurrahman Wahid. Baik dari buku-buku, mengunduh dari internet serta karya-karya lainnya.
Penelitian dilakukan dalam penulisan makalah ini bersifat deskriktif-analitik yang bertujuan menggambarkan dan menjelaskan secara sistematik, metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarka dari fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
2.  Kritik Sumber
Terdapat penekanan tertentu dalam proses kritik sumber, yang bertujuan untuk memberikan definisi terperinci kritik sumber itu sendiri.
Tujuan dari kegiatan-kegiatan itu ialah bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber.[11]

Dalam metodologi sejarah, setelah melalui tahapan heuristik selanjutnya adalah tahap kritik. Kritik diperlukan untuk verifikasi sumber-sumber yang telah diperoleh yang berfungsi menguji keaslian dan kebenarannya. Kritik terbagi atas dua tahapan, yakni kritik eksternal dan kritik internal.[12]
a. Kritik Eksternal
                        Kritik eksternal dilakukan untuk menguji keaslian sumber sejarah. Keaslian yang dimaksudkan yaitu sumber asli bukan tiruan, sumber benar yang diinginkan, dan sumber belum mengalami perubahan.
b. Kritik Internal
                        Kritik internal merupakan kelanjutan dari kritik eksternal. Tujuannya untuk mengetahui kebenaran isi dari sumber-sumber sejarah yang diperoleh. Membandingkan isi sumber yang satu dengan yang lain dalam permasalahan yang sama maka keabsahan sumber dapat diketahui. Dalam sumber lisan, maka yang perlu dibandingkan adalah pernyataan informan yang satu dengan yang lain.
3.  Interpretasi
Tahapan selanjutnya setelah proses kritik yaitu interpretasi.  Pada hakikatnya, interpretasi sejarah sering disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, jika data telah terkumpul dan telah melalui kritik sumber dilakukan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan instrument analisis deduktif[13].
Kemudian disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Meski terkadang kendati suatu sebab dapat mengantarkan pada hasil tertentu, atau menemukan referensi yang bertentangan dalam menyikapi peristiwa, apalagi berbicara persoalan “Gus Dur” yang sering dilai kontroversial dimata pengamat dan masyarakat Indonesia yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Oleh Karena itu, interpretasi dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan data guna menyingkap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bertepatan dan memahami seorang tokoh dalam hal ini “Gus Dur” sebagai fokus makalah ini.
4.  Historiografi
Secara  umum historiografi merupakan tahapan akhir dari metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah. Merupakan tahapan pelaporan hasil penelitian, tahapan penulisan serta pemaparan. Gus Dur menjalankan politik luar negeri Indonesia dijelaskan secara kronologi rentetan perjalan perjalanan beliau pada masa pemerintahannya.











DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdallah, Ulil Abshar. Suaedi, Ahmad. 2011 Gila Gus Dur, Yogyakarta, LKiS.
Barton, Greg, 2012. BIOGRAFI GUS DUR The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, Cet II, Yogyakarta, LKiS.

Danudjaja, Budiarto, 2001. Hari-hari INDONESIA GUS DUR. Yogyakarta, Galang Press
Drajat, Ben Perkasa. Perjalanan politik Gus Dur. (kompas, 11-Februari-2000, dlm; Jakarta: Kompas. 2010), hlm. 102.

Fatoni, Sultan. Wijdan, 2014. The Wisdom of Gus Dur Butir-Butir Kearifan sang waskita. Depok, Imania.

Madjid, M. Saleh. Dan Rahman, Abd Hamid, 2009. Pengantar Ilmu Sejarah. Makassar: Rayhan Intermedia.

Nasir, Muhammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998), hlm. 105.

Ngawi, Al-Sastrow, 1999. Gus Dur: siapa sih sampean?. Jakarta, Erlangga.
Rafik, Ishak,  2008. Catatan hitam 5 Presiden Indonesia, Jakarta, Cahaya insan Suci.

Sjamsuddin, helius, 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Wulandari, Ganewati (ed) dkk, 2008. Politik luar negeri Indonesia di tengah pusaran politik domestik, Jakarta dan Yogyakarta: kerjasama pustaka pelajar dan pusat penelitian politik-LIPI.

Mudjia Rahardjo, 2007. Hermeneutika Gadamerian: Kuasa bahasa dalam wacana politik Gus Dur. Malang, UinPress.










Internet

https://www.Biografi%20Lengkap%20Seluruh%20Presiden%20Indonesia%20%20%20BeritaUnik.net.htm ( diakses 27 November 2013)


YOUTUBE. Pernyataan Gus Dur waktu berbicara langsung di media (Metro TV) saat menjadi tamu undangan di acara Kick Andy, 2007

















KERANGKA OUTLINE


HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI
MOTTO
ABSTRAK
DAFTAR ISTILAH
KATA PENGANTAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
BAB    I           PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penelitian
D.    Manfaat Penelitian
E.     Metode Penelitian
BAB II            Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Gus Dur
A.    Dalam Negeri
B.     Luar Negeri
C.     Sosok seorang Kepala Negara

BAB 111         Perbedaan Politik Luar Negeri Soekarno, Soeharto dan Gus Dur
A.    Masa Orde Lama
B.     Masa Orde Baru
C.     Pada Masa Gus Dur
BAB IV          Gagalnya Kebijakan Politik Luar Negeri Gus Dur
A.    Rencana Pembukaan Hubungan Kerja sama dengan Israel
B.     Pembentukan Poros Jakarta-New Delhi-Beijing
C.     Pembentukan Forum Pasifik Barat
BAB V            KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP







[1] Pembukaan UUD 1945
[2] Politik luar negeri Indonesia “bebas aktif” pertama kali dipaparka oleh Muhammad Hatta di depan Badan Pekerja KNIP, 2 September 1948. Lihat Muhammad Hatta, Mendayung antara dua karang.(Jakarta, Departemen Penerangan, 1951). PDF oleh Shohib Maskur Agustus 2011
[3] Pernyataan Gus Dur waktu berbicara langsung di media (Metro TV) saat menjdi tamu undangan di acara Kick Andy, 2007
[4] Ketetapan Mejelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pada Tahun 1973. Lihat GBHN TAP MPR RI  No. IV/1973
[5] Gus Dur adalah panggilan akrab Kyia Abdurrahmn Wahid. Istilah “Gus” bagi orang Jawa diperuntukkan bagi anak seorang Kyai. Wancara via Facebook dengan Afib Rizal Alumni PMII Semarang
[6] Mudjia Rahardjo. Hermeneutika Gadamerian: Kuasa bahasa dalam wacana politik Gus Dur. (Malang: UinPress. 2007), hlm. 2.
[7] Ben Perkasa Drajat. Perjalanan politik Gus Dur. (kompas, 11-Februari-2000, dlm; Jakarta: Kompas. 2010), hlm. 102.
[8] Ganewati Wulandari, (ed) dkk, Politik luar negeri Indonesiadi tengah pusaran politik domestic. (Jakarta dan Yogyakarta: kerjasama pustaka pelajar dan pusat penelitian politik-LIPI. 2008), hlm. 14-15
[9] Meminjam istilah Al-Sastrow, dalam. Gus Dur: siapa sih sampean?(Jakarta, Erlangga,1999). Sindrom ingatan  jangka pendek. Cepat melupakan seorang tokoh yang besar dengan karya besar.
[10] Muh. Nasir. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998), hlm. 105.
                [11] Helius  Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Penerbit Ombak), hlm. 131.
                [12]Abd. Rahman Hamid dan Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah.  (Cet .II; Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2011) hlm. 47- 49.
[13] Deduktif merupakan langkah analisis berupa hal-hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus. Lihat Sudarto, metode… hlm 24

No comments:

Post a Comment